Readers,
kemarin Chii nonton acara di TV "satu" tentang Legenda kita yang tak tau dimana rimbanya. Sebagai penerus bangsa, saya sangatlah malu mengetahui bahwa pada jaman dulu Indonesia tidak lah seperti sekarang ini. Dulu menyuarakan "suara" saja, sangatlah SULIT ! Sedangkan kini , tinggal buka akun jejaring sosial, kita dapat menumpahkan segala kritik, hinaan, cacian, maupun saran.Malu sekali saya mendapati kenyataan itu ketika saya menginjak umur 25 ini !!!
Kenapa saya tak menyadarinya dari dulu?
Mengapa ketika guru saya menyuruh anak didik nya mengangkat tangan untuk berbicara saya tak mau??!!
Saya benar-benar terlena oleh kemerdekaan ini!!
Dan saya harap anda segera menyadari dan tidak menyesal di kemudian hari
Baik lah kita lihat langsung saja profil salah satu aktivis Indonesia Wiji Thukul
______________________________________________________________________________
Wiji Thukul,
yang bernama asli Wiji Widodo, seorang penyair kerakyatan dari Solo. Ia adalah salah satu dari 13 korban penculikan yang terjadi pada periode 1996-1998,Widji Thukul lahir dari keluarga tukang becak. Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel. yang hingga kini tidak diketahui kepastian keberadaannya.
kemarin Chii nonton acara di TV "satu" tentang Legenda kita yang tak tau dimana rimbanya. Sebagai penerus bangsa, saya sangatlah malu mengetahui bahwa pada jaman dulu Indonesia tidak lah seperti sekarang ini. Dulu menyuarakan "suara" saja, sangatlah SULIT ! Sedangkan kini , tinggal buka akun jejaring sosial, kita dapat menumpahkan segala kritik, hinaan, cacian, maupun saran.Malu sekali saya mendapati kenyataan itu ketika saya menginjak umur 25 ini !!!
Kenapa saya tak menyadarinya dari dulu?
Mengapa ketika guru saya menyuruh anak didik nya mengangkat tangan untuk berbicara saya tak mau??!!
Saya benar-benar terlena oleh kemerdekaan ini!!
Dan saya harap anda segera menyadari dan tidak menyesal di kemudian hari
Baik lah kita lihat langsung saja profil salah satu aktivis Indonesia Wiji Thukul
______________________________________________________________________________
Wiji Thukul,
yang bernama asli Wiji Widodo, seorang penyair kerakyatan dari Solo. Ia adalah salah satu dari 13 korban penculikan yang terjadi pada periode 1996-1998,Widji Thukul lahir dari keluarga tukang becak. Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel. yang hingga kini tidak diketahui kepastian keberadaannya.
Puisi-puisi Wiji Tukhul sangat melekat
terutama di kalangan aktivis gerakan pro-demokrasi yang senantiasa
digemakan dalam berbagai aksi untuk membangun semangat,
Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal. Pada 1994, terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur. Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer.- Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo.
- Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker)
- Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex.
- Peristiwa 27 Juli 1998 menghilangkan jejaknya hingga saat ini. Ia salah seorang dari belasan aktivis yang hilang.
- April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
- Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas atas hilangnya Thukul berjudul "Thukul, Pulanglah" yang diadakan di Surabaya, Mojokerto, Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta
Setelah Peristiwa 27 Juli 1996 hingga 1998, sejumlah aktivis ditangkap, diculik dan hilang,
termasuk Thukul. Sejumlah orang masih melihatnya di Jakarta pada April
1998. Thukul masuk daftar orang hilang sejak tahun 2000.
Puisi-puisi Wiji Thukul yang semula terhimpun dalam lima kumpulan buku puisi, kini telah disatukan ke dalam buku: Aku Ingin Jadi Peluru.Buku
ini diterbitkan oleh Penerbit TERA, Magelang. Buku ini berisi 136 puisi
yang dibagi atas lima buku atau lima kumpulan puisi. Buku 1: Lingkungan
Kita Si Mulut Besar berisi 46 puisi.. Buku 2: Ketika Rakyat Pergi
berisi 17 puisi. Buku 3: Darman dan Lain-lain berisi 16 puisi. Buku 4:
Puisi Pelo berisi 29 puisi. Dan Buku 5: Baju Loak Sobek Pundaknya berisi
28 puisi. Dalam catatan penerbit, Buku 5 merupakan kumpulan sajak-sajak
yang ditulis Wiji Thukul ketika ia berada di masa pelarian.
Berikut adalah beberapa puisi karya Wiji Thukul,
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
(Wiji Thukul, 1986)
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
___
BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
Di manapun – tirani harus tumbang!
___
TENTANG SEBUAH GERAKAN
.
Tadinya aku pingin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orang
.
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian
.
aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
.
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam
___
NYANYIAN AKAR RUMPUT
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang
kami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!